Periode
pertama, kehidupan Imam Mahdi as sejak kelahiran beliau tahun 255 H sampai
dengan 260 H, berada dalam naungan ayahanda beliau, Imam Hasan Al-Asykari as
sampai wafatnya.
Periode
kedua, sejak kewafatan ayahanda beliau Imam Hasan Asykari as tahun 260 H, hingga
berakhirnya masa keghaiban pendek tahun 329 H, yang berlangsung selama 70
tahun.
Periode
ketiga, adalah masa keghaiban panjang, yang dimulai sejak berakhirnya keghaiban
pendek, setelah meninggalnya wakil beliau yang keempat. Periode ini berlangsung
sampai kemunculan beliau yang akan membangun kondisi politik dan sosial yang
baru.
Periode
keempat, adalah periode kehidupan beliau mulai kemunculan beliau setelah
berakhirnya keghaiban panjang dan ini adalah janji pemerintahan mahdawiyah yang
mendunia, sebagaimana dikhabarkan dalam nash-nash al-Quran dan sunnah.
PERIODE
PERTAMA
Imam
Mahdi Dalam Naungan Ayahandanya
Sebelum
kelahiran Imam Mahdi afs, ayahanda beliau, Imam Ahlul Bait ke-11, Imam Hasan Asykari
as sengaja menyembunyikan kelahiran puteranya dari masyarakat umum, karena
kondisi sulit yang dihadapi akibat upaya penguasa Bani Abbasiyah yang berusaha
untuk membunuh Imam Mahdi afs.
Berulangkali
Imam as mengingatkan orang-orang terdekat dari kalangan keluarga dan pengikut
setianya untuk merahasiakan hal itu. Seperti contoh saat Imam as memberitahukan
Ahmad bin Ishaq, beliau berkata:
"Seorang
bayi telah lahir dari keluarga kami, hal ini hendaknya menjadi rahasia bagi
dirimu dan tersembunyi bagi seluruh manusia". (Kamal 'addin hlm. 431).
Akan
tetapi, dalam tekanan dan kondisi mencekam dari incaran mata-mata Bani
Abbasiyah, Imam as harus juga memeritahukan dan mengabarkan kelahiran putranya,
Al-Mahdi agar tidak terjadi keraguan akan kelahiran dan keberadaannya serta
imamah Al-Mahdi kelak di masa mendatang.
Dengan
demikian dibutuhkan saksi-saksi untuk hal ini, sehingga mereka mengetahui dan
dapat menukil kesaksian mereka di masa mendatang, tercatat dalam sejarah untuk
generasi berikutnya.
Mulailah
Imam Hasan Asykari as memberitahukan sejumlah orang dari sahabat-sahabat
setianya mengenai masalah tersebut. (Kamal 'uddin hal 431, Kitab Ma'adin
al-Hikmah fi Makatib al-Aimmah karya Muhammad bin Faidh Kasyani jilid 2 hlm.
375).
Imam
Hasan Asykari as memberitahukan kelahiran itu setelah tiga hari. (Kamal'uddin hlm.
431). Beliau as menyampaikan kepada 40 orang sahabat khususnya dan membiarkan
mereka mengabarkannya setelah berlalu beberapa tahun dan Imam Mahdi as saat itu
masih kecil.
Imam
Hasan as memberitahukan mereka bahwa anak kecil itu adalah "Imam"
setelah beliau as. (Al-Ghaybah, Syekh Thusi hlm. 21, Itsbat al-Hadat, Hurr
Amili hlm. 415, Yanabi 'al- Mawaddah, Hafizh Sulaiman al-Hanafi hlm. 460).
Begitu
juga ketika menyampaikannya secara pribadi pada sebagian sahabatnya dan
sewaktu-waktu beliau memperlihatkan kepada mereka ‘karamah’ Imam Mahdi as
sehingga membuat mereka yakin akan keberadaan beliau as. (Kitab Al-Ghaybah
tentang Hadist-Hadist yang menyebutkan orang-orang yang menyaksikan Imam Mahdi
as di masa ayahandanya).
Imam
Hasan Asykari as, dalam melaksanakan tugasnya sebagai imam, juga tetap menjaga
agar bayi ini tetap selamat dari incaran penguasa.
Tugas
lain Imam as juga adalah mempersiapkan keghaiban putranya al-Mahdi as dan
membiasakan orang-orang Mukmin berinteraksi secara tidak langsung dengan Imam
yang ghaib.
Untuk
itu, Imam as memberitahukan mereka mengenai keghaiban Al-Mahdi as dan
memerintahkan mereka untuk merujuk kepada wakil-wakil Imam Mahdi as untuk umum,
yaitu Usman bin Said.
Pernyataan
Imam Hasan as kepada sekelompok sahabatnya tentang Imam Mahdi as yang masih
kecil:
"Inilah
imam kalian setelahku dan dia adalah khalifahku atas kalian. Taatilah dia dan
janganlah kalian bercerai-berai sepeninggalku, maka kalian celaka dalam agama
kalian".
"Ketahuilah
bahwa kalian kelak tidak akan melihatnya setelah hari ini hingga sempurna
umurnya. Terimalah dari Usman, apa yang disampaikannya, turuti perintahnya,
terimalah ucapannya, karena dia adalah "wakil imam" kalian, dan
seluruh urusan kembali kepadanya". (Al-Ghaybah,
Syekh Thusi hlm. 217).
Untuk
membiasakan orang-orang mukmin dalam menghadapi masa keghaiban Imam Mahdi as,
Imam Hasan as mulai menggunakan metode di balik tirai dalam berinteraksi dengan
pengikutnya, baik yang khusus ataupun umum.
Hal
demikian juga sudah dilakukan oleh ayah-ayah beliau sebelumnya sebagai
mukadimah menghadapi keghaiban Imam Zaman Al-Mahdi as, sehingga para pengikut
mereka sudah menjadi terbiasa dalam menghadapi kondisi tersebut dan mereka
tidak mengingkari keghaiban. (Itsbat al-Wasyi'ah karya Mas'udi hlm. 262).
Dari
tindakan-tindakan tersebut, lalu terbentuk satu sistem perwakilan dari Imam dan
penguatan terhadap kitab-kitab hadist yang dikumpulkan sahabat Imam dari
periwayatan- periwayatan mereka dari para Imam dan dari Rasulullah Saw, dan
agar orang-orang mukmin merujuk pada kitab-kitab hadist tersebut dan
periwayatan-periwayatan itu di masa keghaiban. (Rujuk Rijal al-Kasyi hlm. 481
dan 451, Rijal Abu Dawud hlm. 272-273, Wasail asy-Syiah jilid 17 hlm. 72, Falah
as-Sail karya Sayid Ibnu Tawus hlm. 183).
Sistem
perwakilan yang diterapkan oleh Imam as ini menjadi dasar munculnya sistem
"marja'iyah" pada masa keghaiban Imam Mahdi afs sebagaimana yang
berlaku di masa kini.
Kehadiran
Imam Mahdi as Saat Ayahnya Wafat
Hadist
dari Syekh Shaduq dalam Ikmaluddin dan Syekh Thusi dalam Al-Ghaybah bahwa Imam
Mahdi afs hadir pada saat ayahnya wafat.
Syekh
Shaduq meriwayatkan dari Muhammad bin Husain bin Ibad, dia berkata:
"Abu
Muhammad Hasan bin Ali (Imam Hasan Asykari as) meninggal pada hari Jum’at saat
shalat subuh. Pada malam harinya, ia banyak menulis surat yang ditujukan ke
Madinah".
"Peristiwa
ini terjadi pada bulan Rabiul Awwal pada tanggal 8 tahun 260 H. Ketika itu ia
tidak dihadiri kecuali oleh Shaqail Jariah dan Uqaid Khadim serta seorang yang
mengenal Allah Swt selain kedua orang tersebut …" (Ikmaluddin hlm. 474).
Syekh
Thusi menukil riwayat yang lebih rinci, beliau berkata:
"Ismail
bin Ali berkata, "Aku menjumpai Abu Muhammad Hasan bin Ali as saat sakit
yang menyebabkan kematiannya. Aku berada di sisinya saat ia berkata pada
pembantunya Uqaid (dia pembantu berkulit hitam yang telah membantu ayahnya,
Imam Ali bin Muhammad al-Hadi as) dan ia adalah orang yang merawat Imam Hasan
as".
Imam
Hasan as berkata, "Wahai Uqaid, tuangkan untukku air". Maka diambilkan
baginya air. Kemudian Saqail Jariah berada di belakangnya dengan membawa tempat
air di tangannya.
Tempat
air itu diminumkan kepada Imam as sementara tangannya gemetar sampai-sampai
tempat air itu menyentuh gigi beliau. Kemudian dia letakkan, Imam berkata
kepada Uqaid, "Masuklah ke dalam rumah, kau akan melihat seorang anak
kecil yang sedang bersujud dan bawalah dia kepadaku".
Abu
Sahl berkata, "Uqaid berujar, "Aku masuk mencari dan aku lihat anak
kecil yang sedang bersujud mengangkat jemarinya ke langit, dan aku mengucapkan
salam kepadanya". Ketika selesai shalat, aku berkata, "Sesungguhnya
tuanku menyuruhmu untuk keluar menjumpainya".
Kemudian
ibu Saqail datang dan membawanya kepada ayahnya, Imam Hasan as.
Abu
Sahl berkata, "Ketika anak kecil tersebut berada di hadapannya,
mengucapkan salam. Kulit anak tersebut berwarna cerah, rambutnya agak keriting
dan giginya agak renggang".
"Ketika
Imam Hasan as melihatnya, ia menangis dan berkata:
"Wahai
pemimpin Ahlul Baitnya, tuangkan kepadaku air, sesungguhnya aku hendak pergi
menuju Tuhanku".
"Kemudian
anak itu mengambil tempat air yang tertutup dengan kedua tangannya. Lalu
menggerakkan bibirnya dan menuangkannya".
"Ketika
Imam Hasan as meminumnya, lalu berkata, "Persiapkanlah aku untuk
shalat". Kemudian anak kecil itu mengambil sebuah handuk di dalam kamarnya
lalu mewudhukannya satu demi satu, mengusap kepalanya, dan kedua kakinya".
Abu
Muhammad Hasan Asykari as berkata kepadanya, "Berilah khabar gembira wahai
anakku, engkau adalah "Shahib az-Zaman", engkau adalah Al-Mahdi,
engkau adalah "hujjah Allah" di atas muka bumi ini, engkau adalah
anakku dan washiku, engkau terlahir dariku dan kau adalah Muhammad bin Hasan
bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Musa bin Ja'far bin Muhammad bin Ali bin
Husain bin Ali bin Abi Thalib".
"Rasulullah
menjadikanmu sebagai putranya dan kau adalah Imam terakhir dari para Imam yang
suci, Rasulullah Saw telah membawa berita gembira mengenaimu, beliau yang
memberi namamu dan menjulukimu seperti itu".
"Ayahku
telah berjanji kepadaku dari ayah-ayahnya yang suci, salawat dan salam Allah
tertuju pada Ahlul Bait, sesungguhnya Tuhanku Maha Terpuji dan Maha
Mulia". Kemudian Imam Hasan Asykari as pun meninggal, salam sejahtera bagi
mereka seluruhnya". (Al-Ghaybah,
Syekh Thusi, hlm. 165).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar