Dari Abu Laila al-Ghifari dari Nabi Saw yang bersabda, “Sepeninggalku akan ada fitnah. Jika itu terjadi, maka berpeganglah kepada Ali, karena dialah al-Faruq antara kebenaran dan kebatilan"

Senin, 27 Mei 2024

Periode Kehidupan Imam Mahdi (1)

 


Periode pertama, kehidupan Imam Mahdi as sejak kelahiran beliau tahun 255 H sampai dengan 260 H, berada dalam naungan ayahanda beliau, Imam Hasan Al-Asykari as sampai wafatnya.

 

Periode kedua, sejak kewafatan ayahanda beliau Imam Hasan Asykari as tahun 260 H, hingga berakhirnya masa keghaiban pendek tahun 329 H, yang berlangsung selama 70 tahun.

 

Periode ketiga, adalah masa keghaiban panjang, yang dimulai sejak berakhirnya keghaiban pendek, setelah meninggalnya wakil beliau yang keempat. Periode ini berlangsung sampai kemunculan beliau yang akan membangun kondisi politik dan sosial yang baru.

 

Periode keempat, adalah periode kehidupan beliau mulai kemunculan beliau setelah berakhirnya keghaiban panjang dan ini adalah janji pemerintahan mahdawiyah yang mendunia, sebagaimana dikhabarkan dalam nash-nash al-Quran dan sunnah.

 

PERIODE PERTAMA

 

Imam Mahdi Dalam Naungan Ayahandanya

 

Sebelum kelahiran Imam Mahdi afs, ayahanda beliau, Imam Ahlul Bait ke-11, Imam Hasan Asykari as sengaja menyembunyikan kelahiran puteranya dari masyarakat umum, karena kondisi sulit yang dihadapi akibat upaya penguasa Bani Abbasiyah yang berusaha untuk membunuh Imam Mahdi afs.

 

Berulangkali Imam as mengingatkan orang-orang terdekat dari kalangan keluarga dan pengikut setianya untuk merahasiakan hal itu. Seperti contoh saat Imam as memberitahukan Ahmad bin Ishaq, beliau berkata:

 

"Seorang bayi telah lahir dari keluarga kami, hal ini hendaknya menjadi rahasia bagi dirimu dan tersembunyi bagi seluruh manusia". (Kamal 'addin hlm. 431).

 

Akan tetapi, dalam tekanan dan kondisi mencekam dari incaran mata-mata Bani Abbasiyah, Imam as harus juga memeritahukan dan mengabarkan kelahiran putranya, Al-Mahdi agar tidak terjadi keraguan akan kelahiran dan keberadaannya serta imamah Al-Mahdi kelak di masa mendatang.

 

Dengan demikian dibutuhkan saksi-saksi untuk hal ini, sehingga mereka mengetahui dan dapat menukil kesaksian mereka di masa mendatang, tercatat dalam sejarah untuk generasi berikutnya.

 

Mulailah Imam Hasan Asykari as memberitahukan sejumlah orang dari sahabat-sahabat setianya mengenai masalah tersebut. (Kamal 'uddin hal 431, Kitab Ma'adin al-Hikmah fi Makatib al-Aimmah karya Muhammad bin Faidh Kasyani jilid 2 hlm. 375).

 

Imam Hasan Asykari as memberitahukan kelahiran itu setelah tiga hari. (Kamal'uddin hlm. 431). Beliau as menyampaikan kepada 40 orang sahabat khususnya dan membiarkan mereka mengabarkannya setelah berlalu beberapa tahun dan Imam Mahdi as saat itu masih kecil.

 

Imam Hasan as memberitahukan mereka bahwa anak kecil itu adalah "Imam" setelah beliau as. (Al-Ghaybah, Syekh Thusi hlm. 21, Itsbat al-Hadat, Hurr Amili hlm. 415, Yanabi 'al- Mawaddah, Hafizh Sulaiman al-Hanafi hlm. 460).

 

Begitu juga ketika menyampaikannya secara pribadi pada sebagian sahabatnya dan sewaktu-waktu beliau memperlihatkan kepada mereka ‘karamah’ Imam Mahdi as sehingga membuat mereka yakin akan keberadaan beliau as. (Kitab Al-Ghaybah tentang Hadist-Hadist yang menyebutkan orang-orang yang menyaksikan Imam Mahdi as di masa ayahandanya).

 

Imam Hasan Asykari as, dalam melaksanakan tugasnya sebagai imam, juga tetap menjaga agar bayi ini tetap selamat dari incaran penguasa.

 

Tugas lain Imam as juga adalah mempersiapkan keghaiban putranya al-Mahdi as dan membiasakan orang-orang Mukmin berinteraksi secara tidak langsung dengan Imam yang ghaib.

 

Untuk itu, Imam as memberitahukan mereka mengenai keghaiban Al-Mahdi as dan memerintahkan mereka untuk merujuk kepada wakil-wakil Imam Mahdi as untuk umum, yaitu Usman bin Said.

 

Pernyataan Imam Hasan as kepada sekelompok sahabatnya tentang Imam Mahdi as yang masih kecil:

 

"Inilah imam kalian setelahku dan dia adalah khalifahku atas kalian. Taatilah dia dan janganlah kalian bercerai-berai sepeninggalku, maka kalian celaka dalam agama kalian".

 

"Ketahuilah bahwa kalian kelak tidak akan melihatnya setelah hari ini hingga sempurna umurnya. Terimalah dari Usman, apa yang disampaikannya, turuti perintahnya, terimalah ucapannya, karena dia adalah "wakil imam" kalian, dan seluruh urusan kembali kepadanya". (Al-Ghaybah, Syekh Thusi hlm. 217).

 

Untuk membiasakan orang-orang mukmin dalam menghadapi masa keghaiban Imam Mahdi as, Imam Hasan as mulai menggunakan metode di balik tirai dalam berinteraksi dengan pengikutnya, baik yang khusus ataupun umum.

 

Hal demikian juga sudah dilakukan oleh ayah-ayah beliau sebelumnya sebagai mukadimah menghadapi keghaiban Imam Zaman Al-Mahdi as, sehingga para pengikut mereka sudah menjadi terbiasa dalam menghadapi kondisi tersebut dan mereka tidak mengingkari keghaiban. (Itsbat al-Wasyi'ah karya Mas'udi hlm. 262).

 

Dari tindakan-tindakan tersebut, lalu terbentuk satu sistem perwakilan dari Imam dan penguatan terhadap kitab-kitab hadist yang dikumpulkan sahabat Imam dari periwayatan- periwayatan mereka dari para Imam dan dari Rasulullah Saw, dan agar orang-orang mukmin merujuk pada kitab-kitab hadist tersebut dan periwayatan-periwayatan itu di masa keghaiban. (Rujuk Rijal al-Kasyi hlm. 481 dan 451, Rijal Abu Dawud hlm. 272-273, Wasail asy-Syiah jilid 17 hlm. 72, Falah as-Sail karya Sayid Ibnu Tawus hlm. 183).

 

Sistem perwakilan yang diterapkan oleh Imam as ini menjadi dasar munculnya sistem "marja'iyah" pada masa keghaiban Imam Mahdi afs sebagaimana yang berlaku di masa kini.

 

Kehadiran Imam Mahdi as Saat Ayahnya Wafat

 

Hadist dari Syekh Shaduq dalam Ikmaluddin dan Syekh Thusi dalam Al-Ghaybah bahwa Imam Mahdi afs hadir pada saat ayahnya wafat.

 

Syekh Shaduq meriwayatkan dari Muhammad bin Husain bin Ibad, dia berkata:

 

"Abu Muhammad Hasan bin Ali (Imam Hasan Asykari as) meninggal pada hari Jum’at saat shalat subuh. Pada malam harinya, ia banyak menulis surat yang ditujukan ke Madinah".

 

"Peristiwa ini terjadi pada bulan Rabiul Awwal pada tanggal 8 tahun 260 H. Ketika itu ia tidak dihadiri kecuali oleh Shaqail Jariah dan Uqaid Khadim serta seorang yang mengenal Allah Swt selain kedua orang tersebut …" (Ikmaluddin hlm. 474).

 

Syekh Thusi menukil riwayat yang lebih rinci, beliau berkata:

 

"Ismail bin Ali berkata, "Aku menjumpai Abu Muhammad Hasan bin Ali as saat sakit yang menyebabkan kematiannya. Aku berada di sisinya saat ia berkata pada pembantunya Uqaid (dia pembantu berkulit hitam yang telah membantu ayahnya, Imam Ali bin Muhammad al-Hadi as) dan ia adalah orang yang merawat Imam Hasan as".

 

Imam Hasan as berkata, "Wahai Uqaid, tuangkan untukku air". Maka diambilkan baginya air. Kemudian Saqail Jariah berada di belakangnya dengan membawa tempat air di tangannya.

 

Tempat air itu diminumkan kepada Imam as sementara tangannya gemetar sampai-sampai tempat air itu menyentuh gigi beliau. Kemudian dia letakkan, Imam berkata kepada Uqaid, "Masuklah ke dalam rumah, kau akan melihat seorang anak kecil yang sedang bersujud dan bawalah dia kepadaku".

 

Abu Sahl berkata, "Uqaid berujar, "Aku masuk mencari dan aku lihat anak kecil yang sedang bersujud mengangkat jemarinya ke langit, dan aku mengucapkan salam kepadanya". Ketika selesai shalat, aku berkata, "Sesungguhnya tuanku menyuruhmu untuk keluar menjumpainya".

 

Kemudian ibu Saqail datang dan membawanya kepada ayahnya, Imam Hasan as.

 

Abu Sahl berkata, "Ketika anak kecil tersebut berada di hadapannya, mengucapkan salam. Kulit anak tersebut berwarna cerah, rambutnya agak keriting dan giginya agak renggang".

 

"Ketika Imam Hasan as melihatnya, ia menangis dan berkata:

 

"Wahai pemimpin Ahlul Baitnya, tuangkan kepadaku air, sesungguhnya aku hendak pergi menuju Tuhanku".

 

"Kemudian anak itu mengambil tempat air yang tertutup dengan kedua tangannya. Lalu menggerakkan bibirnya dan menuangkannya".

 

"Ketika Imam Hasan as meminumnya, lalu berkata, "Persiapkanlah aku untuk shalat". Kemudian anak kecil itu mengambil sebuah handuk di dalam kamarnya lalu mewudhukannya satu demi satu, mengusap kepalanya, dan kedua kakinya".

 

Abu Muhammad Hasan Asykari as berkata kepadanya, "Berilah khabar gembira wahai anakku, engkau adalah "Shahib az-Zaman", engkau adalah Al-Mahdi, engkau adalah "hujjah Allah" di atas muka bumi ini, engkau adalah anakku dan washiku, engkau terlahir dariku dan kau adalah Muhammad bin Hasan bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Musa bin Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib".

 

"Rasulullah menjadikanmu sebagai putranya dan kau adalah Imam terakhir dari para Imam yang suci, Rasulullah Saw telah membawa berita gembira mengenaimu, beliau yang memberi namamu dan menjulukimu seperti itu".

 

"Ayahku telah berjanji kepadaku dari ayah-ayahnya yang suci, salawat dan salam Allah tertuju pada Ahlul Bait, sesungguhnya Tuhanku Maha Terpuji dan Maha Mulia". Kemudian Imam Hasan Asykari as pun meninggal, salam sejahtera bagi mereka seluruhnya". (Al-Ghaybah, Syekh Thusi, hlm. 165).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar