Jika kita menilai mengapa Amerika, Zionis
dan negara-negara Arab seperti Arab Saudi begitu gencar menjatuhkan Syiah
khususnya Syiah Iran, itu karena Islam Muhammadi original termanifestasi dalam
Syiah Wilayah Khomeiniyah. Tentunya negara-negara mayoritas Syiah yang
berkiblat kepada Amerika dan Zionis tidak akan pernah diusik dan diganggu
seperti Azarbeijan misalnya.
Rahasia ini terungkap ketika terjadi sebuah rapat khusus yang dilakukan di Ursyalim dekat bukit Muria, mencoba mendiagnosa kegagalan-kegagalan politik mereka dikancah International oleh Yoshihiro Francis Fukuyama.
Beliau adalah ilmuwan politik, ekonom politik, dan penulis Amerika Serikat. Ia juga adalah anggota dewan International Forum for Democratic Studies yang didirikan oleh National Endowment for Democracy dan anggota departemen ilmu politik RAND Corporation.
Dalam rapatnya bersama petinggi-petinggi Amerika dan Zionis ia berkesimpulan:
“Peperangan software yang kita jalankan untuk menguasai perpolitikan dunia pada akhirnya akan dimenangkan oleh orang-orang Syiah.”
Akhirnya Zionis dan Amerika membuat sebuah Konferensi di Ursyalim yang terkenal dengan Konferensi Ursyalim.
Dengan data-data yang Ia punya, Fukuyama mulai memaparkan tema berjudul “Mengenal dan Mengetahui Esensi Syiah”. Dalam pembukaan rapatnya Fukuyama berkata, “Syiah adalah sebuah burung yang mana kepakan sayapnya begitu tinggi hingga senjata kita secanggih apapun tidak bisa menggapainya. Burung itu memiliki dua sayap. Sayap pertama berwarna Merah dan yang satunya berwarna Hijau.”
Kemudian Ia menjelaskan maksud sayap-sayap tersebut. Adapun Sayap Hijau adalah Mahdawiyah (Mahdiisme) dan harapan bumi ini akan dipenuhi keadilan diakhir zaman. Mahdiisme, Law and Justice yang dibawa sayap ini menjadikan orang-orang Syiah tidak akan pernah putus asa dalam bergerak, karena pada akhirnya kemenangan akan jatuh kepada mereka melewati Mahdi yang mereka tunggu.
Mengalahkan mereka tidak lain kita harus mengikis dan memotong keyakinan mereka terhadap Mahdiisme dengan kita buat Mahdi tandingan dalam tubuh mereka atau melencengkan keyakinan itu dengan keyakinan tandingan yang seolah itu dikatakan oleh Imam dan ulama mereka.
Sayap kedua yang berwarna merah adalah kerinduan mereka terhadap kesyahidan, yang mana akar pemikiran ini bersumber dari Karbalaisme dan Husainisme. Kebangkitan melawan kedzaliman, pantang hina, hidup mulia atau mati syahid, rela berkorban dan sifat-sifat heroik lainnya.
Husainisme dan Karbalaisme tidak bisa dikalahkan oleh politik, kebudayaan, ekonomi, sosial dan pernak-pernik gemerlap keduniaan. Selama kecintaan kepada Husain ibn Ali as dan kerinduan akan kesyahidan terpatri di dalam sanubari mereka, maka selama itu kita akan gagal dan tidak akan pernah berhasil.
Inilah makna “Muhammadiyatul Hudust wa Huseiniyatul Baqa” Islam Muhammadi akan selalu tegak dan abadi ketika Husainisme selalu diperingati dan hadir ditengah-tengah mereka. Ini ditegaskan oleh perkataan Nabi mereka yang mengatakan, “Ana min Husain” yaitu Risalah Muhammadi dan pengeksekusiannya dari Husainisme, Karbalaisme dan Mahdiisme sebagai keturunan Husain ibn Ali as.
Terakhir adalah burung ini selain memiliki dua sayap, Ia memiliki jubah atau Dzirah (baju besi) yang melindunginya, mereka sebut dengan Wilayah Faqih. Seseorang yang memimpin dan mengomandoi mereka sebagai perpanjangan tangan Al-Mahdi sang Messiah terakhir kaum Syiah.
Kita sudah coba perang dengan mereka secara terbuka ketika kita menunggangi Irak selama 8 tahun, namun karena Wali Faqih, kita terpukul mundur dan tidak bisa menghancurkan revolusi seumur biji jagung tersebut. Padahal dari sisi militer, ekonomi dan politik seharusnya bisa dengan mudah dihancurkan. Begitu juga Hizbullah selain memiliki dua sayap itu, mereka tunduk patuh kepada Wali Faqih, penyebab kekalahan-kekalahan kita di negeri kawasan.
Hal pertama yang kita harus lakukan adalah menggeser dan menjauhkan Mahdiisme dari pemikiran generasi mereka.
Hal kedua menjauhkan revolusi Husainisme dan Karbalaisme dari benak mereka dengan merubah image dan pesan Husaini sehingga mereka sedikit demi sedikit hanya mempringati kesyahidannya saja dan melupakan pesan intinya (menegakan keadilan dan memerangi segala bentuk kedzaliman).
Kita buat Image masyarakat benci terhadap Karbala dan Husainisme dengan memanfaatkan sekelompok fanatis dari mereka, lalu kita ekspos atau kita buat sekelompok yang brutal dan berdarah-darah memukuli kepala mereka, anak-anak dan istri-istri mereka dengan benda tajam. Sehingga masyarakat jijik dan menjauh dari pesan asli Husainisme dan Karbalaisme.
Hal ketiga masalah Wali Faqih, kita buat sekelompok dari kalangan mereka atau kita hasut mereka untuk membenci Wali Faqih. Kita biayai mereka agar jauh dari ketaatan kepada Wali Faqih. Masalah ini membutuhkan waktu dan diskusi yang panjang, karena kita harus menyusup ke hauzah-hauzah mereka, bertitle Ijtihad atau marja sehingga ketika diadukan dengan Wali Faqih memiliki bobot.
Sistem hauzah harus digeser sedikit demi sedikit, sehingga mereka kelak hanya fokus kepada ritual-ritual kesyahidan dan kelahiran Imam mereka. Sibukan mereka dengan kajian ilmiah yang berhubungan dengan perbedaan antara Sunni-Syiah. Kita tajamkan dimasalah ini, kalau perlu kita buat dari kalangan Syiah yang menajamkan perseteruan Sunni-Syiah dengan mencaci-maki dan menghina akidah dan orang-orang yang dikultuskan Ahlu Sunnah.
Untuk masalah agenda 50 tahun kedepan dan 100 tahun kedepan, kita akan atur ulang dengan seksama sehingga tidak terjadi blunder dimasa yang akan datang.
Oleh: Yoshihiro Francis Fukuyama
Sumber: http://relawankebaikan.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar