Dari Abu Laila al-Ghifari dari Nabi Saw yang bersabda, “Sepeninggalku akan ada fitnah. Jika itu terjadi, maka berpeganglah kepada Ali, karena dialah al-Faruq antara kebenaran dan kebatilan"

Senin, 13 Mei 2024

Bagaimana Revolusi Islam Iran Merusak Permainan Kolonialis di Timteng?

 



Kekuatan-kekuatan dunia yang tangannya terputus dari Iran, segera menyadari bahwa Revolusi Islam, membawa pesan global, dan ide para pemimpinnya untuk menyebarluaskan revolusi pembebasan anti-kolonialisme, telah menyalakan harapan di hati kaum tertindas dunia.

Poros kekuatan global saat itu juga menyadari bahwa Revolusi Islam Iran, telah menjadi model, dan teladan bagi orang-orang Islam, dan non-Islam di dunia.

Merespons kemenangan Revolusi Islam Iran, banyak analis dan pejabat Barat, dalam analisa-analisa serta pidatonya menjanjikan penumbangan Republik Islam Iran, dalam waktu cepat. Sekarang pertanyaan mendasarnya adalah dari mana asalnya perhatian besar terhadap Revolusi Islam Iran?

Untuk menjawab pertanyaan ini pertama kita harus menengok ke masa terjadinya revolusi. Di masa itu Amerika Serikat, sebagai kekuatan unggul dunia menerapkan kebijakan dua pilar di kawasan Asia Barat atau Timur Tengah, yang pilar utamanya Iran, dan pemerintahan boneka Shah Pahlevi.

Di sisi lain, proyek Islamfobia, dan upaya menghancurkan simbol-simbol agama atas nama intelektualitas sebagaimana dimulai pertama kali oleh Kemal Ataturk di Turki, diikuti oleh Pahlevi, di Iran, dan harapan para politisi serta teoretikus Barat, untuk menciptakan kawasan yang bersih dari religiusitas, agama, dan terbuka untuk penerapan program paling menjajah, dapat diwujudkan.

Selain itu bangsa-bangsa Muslim kawasan kala itu hidup dalam kondisi despotisme paling buruk, dan terjepit, hanya sedikit gerakan masyarakat yang terjadi di beberapa negara, itu pun mengalami kekalahan telak, dan kaum revolusioner ditumpas.

Lebih penting dari semua, kawasan Asia Barat, 30 tahun sebelum kemenangan Revolusi Islam Iran, berhadapan dengan sosok berbahaya bernama Rezim Zionis, yang lahir berkat rekayasa pusat-pusat korup di Eropa dan AS.


Dengan mengusung ide dari Sungai Nil, hingga ke Sungai Eufrat, Rezim Zionis, menyerang jantung Dunia Islam, dan menyandera Muslim, lebih dari sebelumnya.

Pada situasi seperti ini, sebuah revolusi lahir dengan slogan-slogan utamanya menolak ketergantungan pada Timur dan Barat, dan seluruh lapisan masyarakat ikut ambil bagian dalam mewujudkannya. Revolusi ini dipimpin oleh seorang ulama bernama Imam Khomeini yang selama bertahun-tahun sebelum kemenangan Revolusi Islam di Iran, telah memperingatkan bahaya rezim haram Israel, seperti ini,

"Saya, atas dasar kewajiban syariat mengumumkan adanya ancaman bagi bangsa Iran, dan umat Islam dunia, bahwa Al Quran dan Islam, berada dalam bahaya."

Semua yang kita saksikan selama empat dekade di kawasan Asia Barat, adalah pertarungan dua wacana ini, logika yang sandarannya adalah rakyat, dan bekerja keras demi kebangkitan mereka di bawah naungan ajaran-ajaran revolusioner Islam, dan pemikiran impor yang berusaha menciptakan tatanan baru lewat para penguasa boneka sebagai pelaksana perintah-perintah Barat.

Terkadang mereka berbicara soal Timur Tengah Raya, dan terkadang Timur Tengah Baru, terkadang berbicara soal perang melawan terorisme, kemudian mendirikan kelompok-kelompok teroris, dan pada kesempatan yang lain atas nama kebebasan menggulingkan pemerintahan bonekanya sendiri, lalu mengepung negara merdeka dengan pasukan yang dibawanya dari Eropa dan AS.

Semua skenario, dan pengerahan pasukan ini berbicara tentang satu hal yaitu, kekuatan-kekuatan besar yang ada hari ini di kawasan Asia Barat (Timur Tengah) sudah terpuruk.


Mereka yang 70 tahun lalu menanam benih rezim fiktif di tanah suci Palestina, lewat kerakusan, ancaman dan penghinaan, dan berusaha menguasai wilayah dari sungai hingga ke laut lewat ide-ide kolonialisme, serta penjajahannya, hari ini terpaksa membangun dinding di sekeliling mereka untuk selamat dari pasukan anti-kolonialisme yang dididik di bawah naungan Revolusi Islam.

Memperhatikan kekalahan beruntun pasukan Arab, dengan semua klaim dan fasilitasnya di hadapan Rezim Zionis, dan membandingkannya dengan keberhasilan poros perlawanan di bebeberapa dekade terakhir, menunjukkan urgensi Revolusi Islam Iran, dan peran pentingnya dalam mengubah proyek-proyek musuh terhadap Palestina, sebagai masalah utama Dunia Islam.

Tidak terlalu berlebihan jika ada yang mengatakan seandinya pada Februari 1979, Revolusi Islam Iran, tidak menang, dan Republik Islam, yang slogannya "di mana pun ada yang tertindas, dan perlu ditolong, maka kami akan datang", tidak berdiri, maka tidak akan ada yang tersisa dari Kiblat Pertama umat Islam, selain sejarah mengenaskan, dan Israel, pasti menguasai kawasan.

Hari ini di bawah naungan pandangan Tauhid Revolusi Islam Iran, yang menolak penindasan kaum zalim, dan menganggap pembelaan terhadap kaum tertindas sebagai kewajibannya, kebangkitan Islam, tersebar luas di kawasan Asia Barat, dan kolonialisme menderita kerugian besar. (HS)

Sumber: Parstoday Indonesia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar