Jurnalis CNN foto selfie dengan background warga Iran yang dari pukul 8-12 siang berarak pelan mengantar peti jenasah.
Kemarin pemakaman para jenderal dan ilmuan nuklir korban agresi Israel digelar di Teheran. Lebih dari sejuta warga Teheran yang hadir membanjiri semua jalan poros untuk memberi penghormatan terakhir, turut diarak juga peti jenasah jurnalis, ibu-ibu dan anak-anak yang turut menjadi korban. Nama dan foto mereka dipampang jelas, tidak ada korban yang disepelekan dan tidak diaggap. Lebih dari 600 korban jiwa telah dimakamkan dan kemarin adalah puncaknya.
30 perwira tinggi Iran dari semua kesatuan dilaporkan terbunuh, tidak ada yag disembunyikan dan tidak ada yang ditutup-tutupi. Iran tidak menganggap kematian para jenderalnya sebagai kelemahan apalagi kekalahan, melainkan kebanggaan. Sebab Iran dengan ideologi Syiahnya, kematian di tangan musuh adalah kesyahidan, adalah kematian terbaik. Terus apanya yang mau ditutupi dan membuat malu?
Sebaliknya, di Tel Aviv adakah pemandangan serupa? Adakah warga mereka dianggap jika data korban dimanipulasi agar tidak membuat malu? Bagaimana perasaan keluarga korban yang anggota keluarga mereka tewas namun tidak disebutkan namanya dalam laporan investigasi dan data korban demi untuk citra korban yang minim? Adakah penghormatan yang sama yang didapat mereka yang tewas di Israel sebagaimana yang didapat oleh mereka yang menjadi korban jiwa di Iran?
Mungkin memang Iran menderita korban jiwa lebih banyak dari Israel, terlebih lagi banyak di antaranya adalah orang-orang penting yang memegang posisi strategis dalam militer maupun keamanan nasional. Namun sejarah dan dunia mencatat, kemenangan tidak selalu ditentukan oleh jumlah korban yang lebih sedikit, tetapi oleh siapa yang tetap berdiri tegak meski kehilangan begitu banyak.
Dalam banyak babak sejarah perjuangan, mereka yang terluka lebih dalam justru menjadi pemenang moral dan simbol perlawanan. Karena kemenangan sejati bukan hanya soal kalkulasi kerugian, tetapi tentang narasi yang bertahan, semangat yang tak padam, dan tekad yang tak bisa dibunuh.
Israel mungkin berhasil menargetkan sejumlah tokoh, tetapi Iran membuktikan bahwa setiap syahid justru melahirkan ratusan pengganti.
Dalam logika muqawamah, kehilangan bukan akhir—melainkan awal dari babak perlawanan baru yang lebih keras, lebih matang, dan lebih menyakitkan bagi musuhnya.
Dan pada akhirnya, dunia menyaksikan: siapa yang mengorbankan diri demi membela kehormatan, dan siapa yang membunuhi demi ambisi kolonial. Sejarah akan selalu berpihak pada mereka yang berdiri di sisi keadilan, walau darah mereka membasahi bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar