Dari Abu Laila al-Ghifari dari Nabi Saw yang bersabda, “Sepeninggalku akan ada fitnah. Jika itu terjadi, maka berpeganglah kepada Ali, karena dialah al-Faruq antara kebenaran dan kebatilan"

Beginilah Wudhu Sang Nabi: Al-Manshur dan Wudhu

 


AL-MANSHUR DAN WUDHU

 

Daud al-Ruqqi berkata, "Aku menemui Abu Abdillah as-Shadiq di rumah beliau, lalu bertanya kepada beliau, “Biarlah saya menjadi tebusan Anda, berapakah jumlah thaharah itu?” Beliau menjawab, “Thaharah yang diwajibkan Allah adalah satu, kemudian Rasulullah saw menam­bahinya dengan satu thaharah (lagi), karma lemahnya manusia. Dan barang­ siapa berwudhu tigakali-tigakali, maka tiada shalat baginya."

Periwayat berkata, "Aku sependapat dengan beliau dalam hal ini hingga datang Daud bin Zarbi. Dia menanyakan jumlah thaharah. Beliau berkata kepadanya, “Tiga-tiga, siapa saja yang menguranginya, tiada shalat baginya!”

Periwayat berkata, "Seluruh sendiku bergetar, dan hampir saja setan merasuki diriku, hingga akhirnya Abu Abdillah menenangkanku, sementara rona wajahku telah berubah, seraya berkata, “Tenanglah, wahai Daud, ini adalah kekufuran atau pembantaian.”

Periwayat melanjutkan, "Akhirnya kami keluar dari tempat beliau. Ibnu Zarbi berjalan ke dekat kebun Abu Ja'far al-Manshur. Semen­tara, telah sampai ke telinga Abu Ja'far bahwa Ibnu Zarbi adalah seorang rafidhi (Syiah), yang selalu mondar-mandir ke rumah Imam Ja'far bin Muhammad.

Abu Ja'far al-Manshur berkata, “Aku akan mencari tahu bagaimana dia bersuci. Apabila dia berwudhu dengan wudhu Ja'far bin Muhammad—karena sesungguhnya aku tahu persis bagaimana dia bersuci— aku akan membunuhnya.”

Dia pun mulai mengintai Daud yang bersiap-­siap mengerjakan shalat, dari tempat yang tak terlihat. Daud bin Zarbi menyempurnakan wudhunya tigakali-tigakali, sebagaimana diperintahkan Abu Abdillah. Belum lagi dia menyempurnakan wudhunya, Abu Ja'far al­-Manshur memintanya untuk menghadap."

Periwayat melanjutkan, "Daud bin Zarbi berkata, “Al-Manshur langsung menyambutku dengan hangat, seraya berkata, “Hai Daud, telah dikatakan tentangmu sesuatu yang tidak benar, padahal engkau tidak seperti yang mereka katakan. Aku telah mengintai caramu berwudhu dan ternyata wudhumu berbeda dengan wudhu rafidhah, maka maafkanlah aku.” Setelah itu aku diberi hadiah sebesar seratus ribu dirham.”

Periwayat berkata, "Daud al-Ruqqi berkata, “Aku bertemu dengan Daud bin Zarbi di tempat Abi Abdillah. Lalu, Daud bin Zarbi berkata kepada beliau, “Biarlah diri saya menjadi tebusan Anda... Anda telah menjaga darah kami agar tak tertumpah di dunia, dan kami berharap agar dapat masuk surga berkat Anda.”

Abu Abdullah berkata, “Allah pasti melakukan hal itu padamu dan saudara-saudaramu di antara seluruh kaum mukminin.” Kemudian beliau berkata kepada Daud bin Zarbi, “Ceritakanlah apa yang kau alami kepada Daud al-Ruqqi agar hatinya tentram.”

Dia berkata, “Maka, aku pun menceritakan semua kejadian yang kualami.” Dia berkata, “Abi Abdillah berkata, “Karena alasan inilah aku menyampaikan hal itu. Sebab, hampir saja dia dibunuh oleh musuh ini (al-Manshur).”

Kemudian beliau berkata, “Hai Daud bin Zarbi, berwudhulah dua-dua dan janganlah sekali-kali engkau menambahnya, karena apabila engkau menambahinya, maka tiada shalat bagimu.[1]

Imam as-Shadiq memahami gaya politik al­-Manshur yang selalu mencuri-mencuri kesempatan. Beliau juga mengetahui fitnahan yang diarahkan kepada Daud bin Zarbi, yang telah difitnah tentang wudhu Tsuna'i Mashi (mengusap dua anggota wudhu, kepala dan bagian atas kedua kaki—penerj) yang telah dilaporkan kepada pihak kerajaan. Karena itu, beliau pun menyelesaikan masalah yang dihadapi Daud bin Zarbi secara bijaksana, sehingga dia selamat dari pembunuhan!

Jelaslah di sini bahwa al-Manshur telah men­jadikan satu kasus tersebut sebagai tanda yang menunjukkan keberpihakan seseorang terhadap madrasah taklid murni, yaitu madrasah Ja'far bin Muhammad al-Shadiq. Dan tanda ini sudah rnerupakan suatu alasan yang cukup untuk membunuh siapa saja yang menganutnya.[]

 


[1] Rijal al-Kasyi, hal. 312, nomor 564; Wasail al-Syiah. jil. I, hal. 443, hadis ke-1172.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar