TA’ABBUD DAN AL-MUTA'ABBIDUN
Telah kami katakan bahwa al-Quran dan sunnah Nabi tidak menerima konsep keragaman, bahkan keduanya datang dengan tujuan untuk menghancurkan ideologi jahiliah - yang dibangun di atas fondasi cinta diri dan rakus kepemimpinan. Allah Swt sendiri telah berulang kali dan dengan berbagai cara menekankan kewajiban mengikuti Nabi Saw yang ummi, seperti firman-Nya:
“Barang siapa patuh kepada Rasul (Muhammad) berarti dia telah patuh kepada Allah.” (an-Nisa:80).
“Dan barang siapa patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang beruntung.” (an-Nur:52).
“Wahai orang-orang yang beriman, patuhlah kamu kepada Allah dan patuhilah al-Rasul (Muhammad) dan janganlah kamu rusak amal-amal perbuatanmu...” (Muhammad:33).
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka adalah ucapan, "Kami mendengar dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (an-Nur:51).
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan tidak pula bagi perempuan mukminati, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (al-Ahzab:36).
Masih banyak ayat lain yang menjelaskan perintah untuk mengikuti dan mematuhi Rasulullah Saw; kebanyakan ayat tersebut diiringi dengan (keharusan) patuh kepada Allah Swt, yang berarti bahwa perintah Rasulullah Saw adalah perintah Allah Swt.
Cakupan bagi kita ayat-ayat
al-Quran yang menegaskan keagungan Nabi Muhammad Saw, dan bahwa beliau tidak
berbicara kecuali dari Allah Swt, seperti firman-Nya:
“Dan dia tidak berbicara karena hawa nafsu, (melainkan apa-apa yang dibicarakannya) itu tiada lain adalah wahyu yang diberikan kepadanya.” (an-Najm:3-4).
Dan banyak sekali ayat al-Quran yang memuji orang-orang yang hanya mengamalkan apa saja yang dikatakan Rasulullah Saw, sebagaimana difirmankan Allah dalam al-Quran:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenar-benarnya ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah Saw dalam suatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah Saw) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya...” (an-Nur:62).
Juga, hadis-hadis Nabi Saw yang berulang kali
memberikan penekanan atas wajibnya mengikuti semua perkataan dan prilaku Rasulullah Saw
secara mutlak (tanpa menambah atau menguranginya - penerj). Sebagai contoh, dalam hadis
yang terkenal dengan nama al-Arikah (Sofa), Rasulullah Saw
bersabda:
"Nyaris saja seorang lelaki yang sedang bersandar pada sofanya, disampaikan kepadanya suatu hadis yang bersumber dariku. Maka dia berkata, "Di antara kita ada kitabullah (al- Quran), apa saja yang kita temukan di dalamnya di antara yang halal, kita menghalalkannya, dan apa saja yang kita temukan di antara yang haram, kita mengharamkannya." Ketahuilah, bahwa apa yang telah diharamkan oleh Rasulullah Saw sama seperti apa yang telah diharamkan Allah.”[1]
Dan masih banyak lagi hadis-hadis lain.
Selain hadis di atas, masih banyak
lagi hadis-hadis nabawi yang memuji
orang-orang yang hanya mengikuti semua
perkataan, prilaku, serta ketetapan Rasulullah Saw. Sebagaimana, sabda beliau
Saw:
“Wahai kaum Quraisy, hentikanlah (semua perbuatan biadab kalian - penerj). atau
(kalau kalian tetap bersikeras dan tidak mau
menghentikan perbuatan biadab kalian), niscaya
Allah akan mengutus kepada kalian orang yang akan menebas leher kalian
karena kecintaannya kepada agama. Dia adalah orang yang Allah telah menguji hatinya
dengan keimanan.”[2]
Abu Bakar bertanya,
"Siapakah dia, wahai Rasulullah Saw?"
Dan
Umar pun bertanya, "Siapakah dia, wahai Rasulullah Saw?"
Rasulullah Saw berkata, "Dia
adalah si tukang sol sepatu.” Yang beliau maksud (tukang sol) adalah Imam Ali,
karena Rasulullah Saw pernah memberikan sepatunya kepada Imam Ali untuk
ditambal (disol).[3] Seperti
sabda beliau tentang Ammar bin Yasir:
"Sesungguhnya diri Ammar telah dipenuhi
dengan keimanan hingga sumsumnya."
Juga sabda beliau Saw tentang Ammar:
"Siapa saja yang memusuhi Ammar,
maka Allah akan memusuhinya, dan siapa saja
yang membuat marah Ammar, maka Allah akan memurkainya.”[4]
Juga seperti sabda beliau Saw berkenaan dengan Hanzhalah, tatkala keluar dari rumahnya dan
menyambut seruan Rasulullah Saw untuk berperang di bawah panji beliau di Uhud.
Kala itu, dia baru saja berhubungan badan
dengan isterinya dan langsung keluar
dari rumahnya dalam keadaan junub, (dan
dalam keadaan junub itu dia gugur sebagai syahid). Rasulullah Saw
bersabda:
“Sesungguhnya kawan kalian ini (Hanzhalah) dimandikan oleh para malaikat, tanyalah (alasannya) kepada
istrinya."
Isterinya pun menjawab, "Dia keluar
rumah dalam keadaan junub tatkala mendengar suara gemuruh perang."
Ketika Rasulullah Saw
mendengar alasan yang dikemukakan isteri
Hanzhalah itu, beliau berkata, “Karena
itlilah para malaikat memandikannya.”[5][]
[1] Musnad Ahmad, jil. IV, hal. 132.
[2] Sunan Ibnu Majah, jil. I, hal. 6/12; Sunan Abi Daud, jil.
IV. hal. 200/2604; al-Sunan al-Kubra, karya
al-Baihaqi i. jil. IX, hal. 331; al-Ahkam karya
Ibnu Hazm, jil. II, hal. 161; al-Kifayah karya
al-Khathib, hal. 9; al-Mustadrak, jil. I, hal. 108; Al-Faqih wa
al-Mutafaqqih, jil. I, hal. 88.
[3] Kanz al-Ummal, jil. XIII, hal. 173, 107, dan 115.
[4] al-Ishabah,
jil. II, hal. 512.
[5] al-Ishabah,
jil. I, hal. 361.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar