Dari Abu Laila al-Ghifari dari Nabi Saw yang bersabda, “Sepeninggalku akan ada fitnah. Jika itu terjadi, maka berpeganglah kepada Ali, karena dialah al-Faruq antara kebenaran dan kebatilan"

Beginilah Wudhu Sang Nabi: Para Penentang Usman

 



PARA
PENENTANG USMAN

 

Setelah mengetahui sejarah perbedaan (terbelahnya) kaum muslimin dalam persoalan wudhu, maka kita harus mengetahui “siapakah orang-orang yang berbicara tentang hadis Rasulullah Saw?" Ini dikarenakan Usman tidak menegaskan nama-nama mereka itu.

Cara mudah untuk mengetahui nama-­nama mereka itu adalah dengan menge­tahui orang-orang yang selalu menentang Usman bin Affan atau yang mirip dengan itu dalam persoalan bid'ah-bid'ah lain yang dimunculkannya, seperti menyempurnakan shalat (tidak qashar) di Mina,[1] memberikan ampunan kepada Abdullah bin Umar,[2] tidak memberlakukan hukuman dera serta penolakannya atas saksi-saksi (seperti kasus al-Walid bin Uqbah yang minum minuman keras),[3] mendahulukan khutbah pada Shalat Idul Fitri dan Idul Adha,[4] tiga seruan azan dihari Jum’at,[5] dan semacamnya.

Dan lantaran kami tidak menyebutkan nama-nama mereka dalam kitab Madkhal al-Dirasah,[6] maka kami berusaha menyeleksi sebagian para penentang Usman dalam semua bid’ah yang dimunculkannya, mereka adalah:

1.  Ali bin Abi Thalib

2. Abdullah bin Abbas

3. Thalhah bin Ubaidah

4. Zubair bin Awwam

5. Sa’ad bin Abi Waqqas

6. Abdullah bin Umar

7. Aisyah puteri Abu Bakar

8. Anas bin Malik

Apabila kita telah mengetahui dengan pasti bahwa Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Abbas dan Anas bin Malik adalah oran-orang yang berpihak pada pandangan wudhu mashi (mengusap kedua kaki), sementara mereka juga tergolong orang-orang yang banyak meriwayatkan hadis, maka menjadi jelaslah bagi kita siapa orang-orang yang dimaksud dalam kata-kata Usman.

Juga, menjadi jelas bagi kita bahwa mereka itu adalah sahabat-sahabat besar, tidak seperti yang hendak digambarkan oleh Usman melalui sikap kepura-puraannya yang seolah-olah tak mengenali mereka. Saya tambahkan lagi di sini nama-nama sahabat yang meyakini wudhu mashi atau mereka yang meyakini berpihak kepada pendapat ini:

1. Ubbad bin Tamim bin Ashim al-Mazni

2. Aus bin Abi Aush as-Tsaqafi

3. Rifa’ah bin Rafi’

4. Abu Malik al-Asy’ari

5. Abdullah bin Mas’ud[7]

6. Jabir bin Abdillah al-Anshari[8]

7. Umar bin Khattab, dan lain-lain

Di sini kita tidak mengetahui maksud perkataan Usman mengenai orang-orang yang menentang cara wudhu yang diterapkannya, dan kita juga mengetahui kepalsuan riwayat yang mengklaim sikap setuju Thalhah, Zubair, Ali, dan Sa’ad bin Abi Waqqash terhadap Usman dalam hal wudhunya. Karena, anda telah mengetahui bahwa mereka termasuk orangorang yang menentangnya, bahkan Thalhah dan Zubair termasuk orang yang paling keras menentangnya dan yang pertama bersekongkol untuk membunuhnya.

Oleh karena itu, beranjak dari penentangan sebagian sahabat kepada Usman dalam banyak hal seputar ijtihad-ijtihad-nya, tercantumnya nama-nama mereka dalam daftar wudhu mashi, serta tidak tercantumnya nama-nama mereka dalam daftar wudhu ghasli, membawa kita kepada pemahaman tentang siapa saja yang dimaksud oleh perkataan Usman, dan ungkapan-ungkapan sejenis yang ditujukan kepada orang-orang seperti mereka.[]

 



[1] Tarikh Thabari, jil. IV, hal. 268.

Ansbalul Asyraf, jil. V, hal. 39.

Sunan al-Baihaqi, jil. III, hal. 144.

Kanz al-Ummal, jil. VIII, hal. 238, hadis ke-22720.

Shahih Bukhari, jil. II, hal. 53.

Shahih Muslim, jil. I, hal. 481, hadis ke-15 dan hal. 482, hadis ke-17.

Musnad Ahmad, jil. III, hal. 159 dan 190.

Majma' al-Zawaid, jil. 11, hal. 155, dan

Al-Muwatha', jil. I, hal. 402, hadis ke-201.

[2] Sunan al-Baihaqi, jil. VIII, hal. 61.

Thabaqat Ibn Sa'ad, jil. V, hal. 15.

Tarikh al-Thabari, jil. IV, hal. 239.

Syarh Nahjul Balaghah, jil. III, hal.60.

Tarikh Ya'qubi, jil. II, hal. 163.

Al-Kamil fi al-Tarikh, jil. III, hal. 75.

[3] Thabaqat Ibn Sa'ad, jil. V, hal. 17.
Tarikh Thabari, jil. IV, hal. 274.

Ansabul Asyraf, jil. V, hal. 34.

Tarikh al-Khulafa', hal. 154; dan

Al-Kamil fi al- Tarikh, jil. III, hal. 106.

[4] Fathul Bari, jil. II, hal. 161.

Shahih Bukhari, jil. II, hal. 23.

Shahih Muslim, jil. II, hal. 602, hadis ke-201.

Sunan Abu Daud, jil. I, hal. 297, hadis ke-1142.

Sunan Ibnu Majah, jil. I, hal. 406, hadis ke-1273.

Sunan al-Turmudzi, jil. II, hal. 21, hadis ke-529. dan

Musnad Ahmad, jil. II, hal. 38.

[5] Ansabul Asyraf (al-Baladzuri), jil. V, hal. 39.

Al-Muntazhim, jil. V, hal. 7.

Al-Mushannif (Abu Ibn Syaibah), jil. II, hal. 48, hadis ke-3, 4, 6. dan

Tarikh Yaqubi, jil. II, hal. 162.

[6] Perlu Anda ketahui bahwa yang tertulis di sini hanyalah ringkasan untuk Madkhal al-Dirasah, apabila Anda ingin mengetahui lebih jauh dari yang ada, silakan merujuk ke al-Bahtsu al-Tarikhi Liddirasah (al-Madkhal) dari halaman 115-127.

[7] Ini dapat diketahui melalui pengakuan mereka bahwa dia kembali kepada pendapat wudu ghasli (membasuh kedua kaki). Ini berarti bahwa sebelumnya dia berpihak pada pendapat yang meyakini al-Mashi (mengusap kedua kaki).

 [8] Al-Aini memasukkannya ke dalam jajaran al-Masihin (orang-orang yang mengusap kedua kakinya dalam wudhu). Lihat kitab Umdatu al-Qari, jil. II, hal. 240.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar